Saran Psikolog Saat Bullying Menimpa Anak
07.09images: google |
"Saat mengalami bullying, jangan ditanggapin. Anggap saja anjing menggonggong khafilah tetap berlalu," saran Liza Marielly Djaprie, psikolog dari sanatorium Dharmawangsa.
Dalam kasus bullying, pelaku biasanya justru merasa senang jika mendapat tanggapan dari korban. Semakin korban merasa terganggu atau menderita, semakin senang pula si pelaku karena menganggap bahwa tujuannya tercapai.
Liza juga tidak menyarankan untuk membalas aksi bullying, apapun bentuknya. Dengan memberikan aksi balasan, menurut Liza korban akan turun ke level si pelaku. Jika bullying terjadi di dunia maya, maka yang bisa dilakukan saat benar-benar merasa terganggu adalah mengeblok pelaku.
Sedangkan untuk mencegah anak terlibat bullying, Liza menyarankan untuk lebih dulu fokus agar anak tidak menjadi pelaku. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan pemahaman tentang konsep diri yang baik.
"Konsep diri adalah bagaimana kita memandang diri kita sendiri. Apakah kita punya potensi sesuatu, berguna bagi orang lain, cukup mampu untuk dihargai orang lain, dan sebagainya," jelas Liza.
Dengan memiliki konsep diri yang baik, menurut Liza anak-anak akan merasa 'secure' dengan hidupnya sehingga tidak perlu melakukan bullying sebagai pelampiasan. Sebaliknya, kemungkinan anak-anak menjadi korban bullying juga lebih kecil.
"Korban bullying biasanya anak-anak yang tidak punya teman, isolated, dan minder," kata Liza.
Sebelumnya, Liza menyebut salah satu pemicu bullying adalah stres dan tekanan hidup yang tinggi. Anak-anak masa kini, menurut Liza terlalu sibuk sehingga tidak punya waktu untuk bermain dan mengasah kecerdasan emosional.
sumber : http://health.detik.com/read/2016/01/13/180558/3117855/1301/saran-psikolog-saat-bullying-menimpa-anak
0 comments